Rafflesia Arnoldii, salah satu
bunga terbesar yang langka, mekar di kawasan hutan lindung, Jorong Batang Palupuah,
Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam, Minggu (20/5).
Objek wisata Rafflesia Arnoldii
di Palupuah sendiri terletak di dalam hutan lindung di tepi lereng bukit yang
mencapai kemiringan 75 derajat dengan ketinggian 1.080 meter dari permukaan
laut. Selain itu, kondisi jalan menuju ke lokasi bunga yang tengah mekar itu sangat
ekstrem, menempuh jarak 4 kilometer dari jalan raya Palupuah.
Yul (32), salah seorang pemandu
wisata yang sering mengantarkan turis ke dalam hutan mengatakan, “Bunga yang
baru dua hari mekar itu selalu menjadi incaran para turis luar negeri. Hal ini
karena selain bunga endemik yang langka, bunga itu hanya mekar sekali lalu
mati. Terkait informasi mengenai perkembangan bunga tersebut, para turis
selalu mengikutinya. Baik melalui info teman-teman yang ada di sini maupun
lewat internet,” ujarnya.
Dalam kawasan hutan tersebut,
terdapat beberapa Rafflesia Arnoldii. Namun saat ini hanya satu saja yang
tengah mekar.
Ia menambahkan, bunga Rafflesia
Arnoldii sering tumbuh di sekitar akar pohon. Masyarakat setempat sering
menyebutnya dengan akar sipacah dan hanya berumur satu minggu. Pengunjung yang
sering datang untuk menyaksikan mekarnya bunga tersebut kebanyakan berasal
dari Eropa. Sedangkan dari wisatawan lokal justru tidak begitu banyak.
Andrew (24), wisatawan asal Swiss
yang datang untuk menyaksikan mekarnya Raflesia Arnoldii mengatakan, dirinya
sangat senang sekali melihat bunga yang memiliki bau khas itu dari dekat.
Karena selama ini dia mengaku hanya bisa melihatnya dari pemberitaan dan
cerita teman-temannya di Swiss saja. Dia juga berencana akan datang lagi serta
mengajak temannya yang lain untuk melihat Rafflesia Arnoldii dari dekat.
Rafflesia adalah genus
tumbuhan bunga parasit. Ia ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang pemandu
dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold tahun 1818, dan dinamai
berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu. Ia terdiri
atas kira-kira 27 spesies (termasuk empat yang belum sepenuhnya diketahui
cirinya seperti yang dikenali oleh Meijer 1997). Semua spesiesnya ditemukan di
Asia Tenggara, di semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatera, dan
Filipina. Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun ataupun akar yang sesungguhnya.
Rafflesia merupakan
endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae),
menyebarkan haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan merambat
itu. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar
tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima. Pada beberapa spesies, seperti
Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan beratnya
hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter
20 cm. Rafflesia yang banyak dikenal masyarakat adalah jenis Rafflesia
arnoldii. Jenis ini hanya tumbuh di hutan Sumatera bagian selatan, terutama
Bengkulu.
Ciri utama yang membedakan
rafflesia dengan bunga bangkai secara awam adalah bentuknya yang melebar
(bukan tinggi) dan berwarna merah. Ketika mekar, bunga ini bisa mencapai diameter
sekitar 1 meter dan tinggi 50 cm. Bunga rafflesia tidak memiliki akar,
tangkai, maupun daun. Bunganya memiliki 5 mahkota. Di dasar bunga yang
berbentuk gentong terdapat benang sari atau putik, tergantung jenis kelamin
bunga. Keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat persentase
pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu
dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan.
Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya
hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.
Sampai saat ini Rafflesia tidak
pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya kecuali Rafflesia patma
yang berhasil hidup dan mekar di Kebun Raya Bogor. Bila akar atau pohon inangnya
mati, Rafflesia juga akan ikut mati. Oleh karena itu Rafflesia membutuhkan habitat
hutan primer untuk dapat bertahan hidup.
Sedikit informasi, selama 200-an
tahun tumbuh-tumbuhan dari genus Rafflesiaceae sulit diklasifikasikan
karena karakteristik tubuh yang tidak umum. Berdasarkan penelitian DNA
oleh para ahli botani di Universitas Harvard baru-baru ini, rafflesia dimasukkan
ke dalam family Euphorbiaceae, satu keluarga dengan pohon karet dan singkong.
Tapi hal ini masih belum terpublikasi dengan baik.
Beberapa jenis Rafflesia (di
Indonesia) antara lain Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatera Barat, Bengkulu,
dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. cilliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii
(Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa
Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian timur).
Sumber: Harian Haluan