contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Wednesday, May 23, 2012


Raf­flesia Arnoldii, salah satu bunga terbesar yang langka, mekar di kawasan hutan lindung, Jorong Batang Pa­lupuah, Nagari Koto Ran­tang, Kecamatan Palupuah, Kabu­paten Agam, Minggu (20/5).
Objek wisata Rafflesia Arnoldii di Palupuah sendiri terletak di dalam hutan lin­dung di tepi lereng bukit yang mencapai kemiringan 75 de­rajat dengan keting­gian 1.080 meter dari permu­kaan laut. Selain itu, kon­disi jalan menuju ke lokasi bunga yang tengah mekar itu sangat ekstrem, menem­puh jarak 4 kilometer dari jalan raya Palupuah.
Yul (32), salah seorang pemandu wisata yang sering mengantarkan turis ke dalam hutan mengatakan, “Bunga yang baru dua hari mekar itu selalu menjadi incaran para turis luar negeri. Hal ini karena selain bunga endemik yang langka, bunga itu hanya me­kar sekali lalu mati. Ter­ka­it informasi mengenai per­kembangan bunga tersebut, pa­ra turis selalu meng­i­ku­tinya. Baik melalui info teman-teman yang ada di sini maupun lewat internet,” ujar­nya.
Dalam kawasan hutan tersebut, terdapat beberapa Rafflesia Arnoldii. Namun saat ini hanya satu saja yang tengah mekar.

Ia menambahkan, bunga Rafflesia Arnoldii sering tumbuh di sekitar akar pohon. Masyarakat setempat sering menyebutnya dengan akar sipacah dan hanya berumur satu minggu. Pe­ngunjung yang sering datang untuk me­nyaksikan me­karnya bunga tersebut ke­banyakan berasal dari Eropa. Sedangkan dari wisatawan lokal justru tidak begitu banyak.
Andrew (24), wisatawan asal Swiss yang datang untuk menyaksikan mekar­nya Raf­lesia Arnoldii menga­takan, dirinya sangat senang sekali melihat bunga yang memiliki bau khas itu dari dekat. Karena selama ini dia me­ngaku hanya bisa meli­hatnya dari pemberitaan dan cerita teman-temannya di Swiss saja. Dia juga beren­cana akan datang lagi serta mengajak temannya yang lain untuk melihat Rafflesia Arnoldii dari dekat.
Rafflesia ada­lah­ ge­nus tumbuhan bu­nga ­parasit. Ia ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang pe­man­du dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold tahun 1818, dan dina­mai berdasarkan na­ma Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu. Ia terdiri atas kira-kira 27 spesies (ter­masuk empat yang belum sepenuhnya diketahui cirinya seperti yang dikenali oleh Meijer 1997). Semua spesies­nya ditemukan di Asia Teng­gara, di se­men­a­­n­­jung Ma­laya­, Kali­man­tan, Sumatera, dan Filipina. Tumbuhan ini tidak memi­liki batang, daun ataupun akar yang se­sung­guhnya.
Raffl­e­sia­ me­ru­pa­ka­n­ endoparasit pada tum­buhan merambat dari genus Tet­rastigma (famili Vitaceae), menyebarkan haus­to­rium­nya yang mirip akar di da­lam jaringan tumbuhan me­ram­bat itu. Satu-satunya bagian tumbu­han Rafflesia yang da­pat dili­hat di luar tumbuhan inang­nya ada­lah bunga bermahkota lima. Pada beberapa spesies, seper­ti Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan beratnya hingga 10 kg. Bah­kan spesies ter­kecil, Rafflesia manillana, bunganya ber­diameter 20 cm. Rafflesia yang banyak dikenal masya­rakat adalah jenis Rafflesia arnoldii. Jenis ini hanya tumbuh di hutan Suma­tera bagian selatan, terutama Bengkulu.
Ciri utama yang mem­bedakan rafflesia dengan bunga bangkai secara awam adalah bentuknya yang me­lebar (bukan tinggi) dan berwarna merah. Ketika me­kar, bunga ini bisa men­capai diameter sekitar 1 meter dan tinggi 50 cm. Bunga rafflesia tidak memi­liki akar, tangkai, maupun daun. Bunganya memiliki 5 mahkota. Di dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat benang sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga. Keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat per­sentase pem­buahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tum­buh dalam waktu bersa­maan di tempat yang berde­katan. Masa per­tum­buhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.
Sampai saat ini Rafflesia tidak pernah berhasil dikem­bangbiakkan di luar habitat aslinya kecuali Rafflesia pat­ma yang berhasil hidup dan mekar di Kebun Raya Bogor. Bila akar atau pohon inang­nya mati, Rafflesia juga akan ikut mati. Oleh karena itu Rafflesia membutuhkan habi­tat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.
Sedikit informasi, sela­ma 200-an tahun tumbuh-tum­buhan dari genus Raf­fle­siaceae sulit dikla­sifi­kasikan karena karak­teris­tik tubuh yang tidak umum. Ber­da­sarkan pene­litian DNA oleh para ahli botani di Uni­versitas Har­vard baru-baru ini, rafflesia dima­sukkan ke dalam family Euphorbiaceae, satu keluarga dengan pohon karet dan singkong. Tapi hal ini masih belum terpublikasi dengan baik.
Beberapa jenis Rafflesia (di Indonesia) antara lain Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatera Barat, Beng­kulu, dan Aceh), R. bor­neensis (Kalimantan), R. cilliata (Kalimantan Timur), R. hors­filldii (Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan Pangan­daran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Suma­tera bagian timur).
Sumber: Harian Haluan

0

0 comments:

Post a Comment

Tugas kita bukanlah untuk berhasil tugas kita adalah mencoba karena dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.

Powered by Blogger.

Translate

Welcome To my Blog

Kunjungan

Cbox

Twitter

Join on Facebook

Physics Education'09

Physics Education'09
Bersama berjuang di PE UNSRI
AreaFisika Unik Pudasya'blog

Followers

Visitor